Sunday, December 6, 2015

Ciblek Gunung Gacor Dor


Prinia atrogularis dysancrita
(Ciblek-gunung Sumatra)


Photographer: © Desi Ayu Triana

Matur, West Sumatra Region, Sumatra

4 Februari 2013
Ciblek-gunung (Prinia atrogularis), berukuran tubuh hampir sedang, tapi masih dikategorikan sebagai burung kecil.
Burung Ciblek-gunung (Prinia atrogularis) dari family Cisticolidae, ordo Passeriformes, sebelumnya dikenal sebagai Hill Prinia (Prinia Bukit), tapi terakhir diberinama baru dengan nama Black-throated Prinia (Prinia Tenggorokan-hitam), sedangkan di Indonesia lebih populer dengan nama Ciblek-gunung atau Ciblek- sumatra.

Ciblek-gunung, selain hidup di Sumatra, juga tersebar di Asia Tenggara, Malaysia, Burma, China Selatan, Nepal hingga ke Himalaya, dengan habitat daerah padang rumput dan vegetasi hutan perbukitan dan pegunungan, menyenangi daerah semak-semak pada ketinggian 600 - 2500 m dpl. Di habitatnya burung Ciblek-gunung hidup berkelompok, walaupun sesekali terjadi keributan di antara mereka, hidup

Ciblek-gunung, kadang disebut juga Prenjak-gunung. Memiliki ukuran tubuh sekitar 16 cm, berukuran lebih besar dari keluarga ciblek-prenjak lainnya. Tubuh didominasi dengan warna coklat. Memiliki ekor yang panjang melebihi ukuran panjang tubuhnya, pada bagian pipi berwarna abu-abu dengan alis warna putih. Pada bagian dada terlihat seperti bercak dan garis-garis, sedangkan pada bagian sisi tubuhnya berwarna kuningtua. Iris coklat buram, paruh bagian atas lebih gelap, paruh bawah berwarna lebih terang atau pucat, kaki warna merah-muda.

Ciblek-gunung (Prinia atrogularis), memiliki 7 subspecies, yaitu:

  • Prinia atrogularis atrogularis (F. Moore, 1854) - Timur Himalaya dari sebelah timur Nepal Timur hingga China Selatan dan Timurlaut India (Arunachal Pradesh).
  • Prinia atrogularis khasiana (Godwin-Austen, 1876) - Timurlaut India (dari Timur Meghalaya dan daerah selatan Assam Timur ke Baratdaya Nagaland, Manipur dan Mizoram) dan Barat Myanmar (bukit Chin, gunung Victoria).
  • Prinia atrogularis superciliaris (Anderson, 1871) - Timur Myanmar, Selatan & Tenggara China (Barat Sichuan, dan Baratdaya Yunnan, Utara Guangxi dan sebelah utara Guangdong Timur ke Fujian Tengah), Timurlaut Thailand, Utara Laos dan Utara Vietnam (Barat & Timur Tonkin).
  • Prinia atrogularis erythropleura (Walden, 1875) - Timur Myanmar dan Baratlaut Thailand.
  • Prinia atrogularis klossi (Hachisuka, 1926) - Selatan Laos dan Vietnam Tengah (Tengah & Selatan Annam, Utara Cochinchina).
  • Prinia atrogularis waterstradti (E. J. O. Hartert, 1902) - gunung Tahan, Malaysia.
  • Prinia atrogularis dysancrita (Oberholser, 1912) - Indonesia (Barat Sumatra).

Di Sumatra sendiri burung ini sebenarnya sudah lama dipelihara sebagai burung peliharaan, hanya saja kalah populer dari Ciblek-jawa, yang sudah lebih dahulu terjun di ajang lomba burung. Suara dasar Ciblek-gunung hampir tidak beda dengan Ciblek pada umumnya, tapi memiliki suara tembakan yang jauh lebih rapat dan panjang dibanding Ciblek-jawa, yang biasa disebut "ngebren".


Gallery



Prinia atrogularis superciliaris


Photographer: © Ritesh Bagul
Eaglenest Wildlife Sanctuary, Arunachal Pradesh, India
1 May 2007




source:
- http://ibc.lynxeds.com
http://orientalbirdimages.org

Mengatasi Kacer Mbagong 1

Setiap penggemar Kacer pasti pernah mengalami kejadian dimana kacer kebanggaannya tiba-tiba mengeluarkan suara crrrrr .... crrrrrr ...., tubuh menggembung, serta kadang malah membuka sayap. Peristiwa ini kerap membuat kita marah, malu dan jengkel. Kondisi seperti ini biasanya di kalangan penggemar kacer, disebut sebagai "nguda laut", "mbagong", "mbedesi" atau "ngebagong".
Hal seperti ini sering membingungkan bahkan membuat putus asa bagi para pemula, sehingga tanpa "ba bi bu" langsung menjual burung kacer nya dengan harga murah.
Bahkan pemain kacer yang sudah malang melintang pun kadang geram kaget melihat kacernya yang sudah sering juara yang dibeli dengan harga mahal, tiba-tiba ngebagong.

Ngebagong atau Nguda Laut, bagi kacer sebenarnya memiliki beberapa tipe karakter.
1. kacer yang memang bermental tempe alias pengecut.
2. kacer yang masih berusia muda.
3. kacer yang sedang dalam kondisi terlalu birahi.
4. kacer yang sedang memasuki masa mabung (ganti bulu).
5. kacer yang sedang mengalami kondisi fisik ngedrop (akibat salah rawat atau kurang dirawat).
6. kacer yang mengalami trauma, akibat kecelakaan atau pernah sakit dalam waktu lama.
7. kacer yang mengalami kondisi stress bulu.
8. kacer yang sudah dalam kondisi jenuh (akibat terlalu sering dilombakan).

Jadi, kalau kacer anda ngebagong, silahkan di kira-kira kacer anda masuk kategori yang mana, dari no. 1 sampai dengan no. 8  ?
Kalau kacer anda masuk dalam kategori no. 1, sebaiknya segera dicarikan penggantinya yang baru. Sedangkan untuk no. 2 s/d. 8. masih memiliki harapan akan kembali ke kondisi semula, tentunya dengan perawatan rutin dan kesabaran.


Lincang Gacor

Lincang (Pycnonotus atriceps), Temminck, 1822, kalau dilihat dari taksonominya, burung ini masih satu keluarga dengan kutilang, trucuk dan cucak rawa, juga dengan cucak jenggot. Burung ini mungkin kurang populer di kalangan penggemar burung di Indonesia. Burung ini punya suara yang khas berupa tembakan panjang, beberapa bahkan bisa mengeluarkan tembakan yang rapat dan panjang.

Di pasar-pasar burung di pulau jawa, agak jarang kita menemukan burung ini, biasanya musiman, kadang bisa datang dalam jumlah puluhan ekor, tapi lebih sering tidak tersedia di pasaran. Sehingga kalaupun ada burung ini sering dipandang sebelahmata bagi peminat burung kicauan, mungkin disangka kutilang emas.

Family Pycnonotidae
Genus Pycnonotus
Species Pycnonotus atriceps (Temminck, 1822)
  • Pycnonotus atriceps atriceps (Temminck, 1822); Bangladesh, India Timurlaut sampai China sebelah baratdaya, Asia Timurlaut, Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Bali, Kalimantan dan Palawan
  • Pycnonotus atriceps hyperemnus (Oberholser, 1912); Sumatra, Simalur, Nias, Mentawai, Bangka dan pulau Belitung
    hyperemnus
  • Pycnonotus atriceps baweanus (Finsch, 1901); pulau Bawean
  • Pycnonotus atriceps hodiernus (Bangs & J. L. Peters, 1927); kepulauan Maratua (laut Sulawesi)
  • Pycnonotus atriceps fuscoflavescens (Andaman Bulbul), tapi terakhir dinyatakan sebagai species terpisah dengan nama Brachypodius fuscoflavescens.

Nama asing: Black-headed Bulbul
Nama lain: Lincang, Kelintang, Cucak Kuricang

Burung Lincang (Black-headed Bulbul, memiliki mata biru, kadang berwarna hijau, seluruh permukaan tubuh berwarna kuning sampai ke sayap dan ekor dengan dibagian ujung ekor terdapat ban hitam. Bagian kepala sampai leher berwarna hitam serta paruh hitam.
Makanan favoritnya adalah buah-buahan kecil hutan, kalau dipelihara bisa diberi pisang kepok. Makanan lainnya adalah serangga kecil. Kebiasaan mencari makan di hutan secara berkelompok, terdiri sekitar 6 ekor kadang bisa 20 ekor atau lebih.

Burung Lincang ini, awalnya dikenal dengan nama ilmiah Turdus atriceps oleh Temminck pada tahun 1822, kemudian pada tahun 1996 oleh Sibley and Monroe, berdasarkan fitur vokal, perilaku dan morfologi dimasukkan ke dalam genus Pycnonotus, dengan nama ilmiah Pycnonotus atriceps. Namun pada tahun 2013 dalam Avibase taxonomic concepts, dimasukkan dalam genus Brachypodius dengan nama ilmiah Brachypodius atriceps karena di Andaman juga terdapat burung mirip dengan kepala berwarna zaitun ((Brachypodius fuscoflavescens)), tapi kemudian dikembalikan ke genus Pycnonotus.


Cucak Kopi Gacor

Cucak Kopi
Cucak Kopi (Pomatorhinus montanus, Horsfield, 1821) "Chestnut-backed scimitar babbler", disebut juga sebagai Kopi-kopi atau Cica Kopi, kadang dengan tambahan Melayu di belakang Cica Kopi. Berasal dari keluarga Timaliidae dan genus Pomatorhinus. Termasuk burung asli Asia Tenggara, tersebar mulai dari Thailand, Malaysia, Brunei dan Indonesia.

Ukuran tubuh termasuk sedang sekitar 29 cm, di atas mata terdapat garis putih menyerupai alis berwarna putih, paruh panjang melengkung ke bawah seperti burung penghisap madu, tapi sebenarnya burung ini adalah pemakan buah-buahan, juga pemakan serangga seperti kumbang, laba-laba, belalang, ulat, kupu-kupu, di habitat hutan dataran rendah, perbukitan sampai ketinggian 1.200 m dpl, terutama pada hutan yang banyak memiliki semak belukar dan hutan bambu. Pada bagian punggung, sayap dan ekor berwarna coklat. Pada dagu, dada dan perut bagian atas berwarna putih.
Sering terlihat sendirian pada saat berkeliaran mencari makan di atas permukaan tanah, kadang bisa terlihat berdekatan dengan burung lain seperti Poksay.

Burung Cucak Kopi (Pomatorhinus montanus) terdiri dari beberapa subspecies, yaitu:
  1. Pomatorhinus montanus occidentalis; Thailand, Malaysia, Sumatra dan Bangka
  2. Pomatorhinus montanus bornensis; Kalimantan
  3. Pomatorhinus montanus montanus; Jawa Barat dan Tengah
  4. Pomatorhinus montanus ottolanderi; Jawa Timur dan Bali

Seperti kebanyakan burung pemakan buah, burung Cucak Kopi berkembang biak tidak tergantung musim, mereka sering melakukan pembiakan dengan pasangannya. Sarang berbentuk bulat besar terbuat dari rumput kering, daun pakis, ranting, sedikit berlumut, pada cabang-ranting pohon atau kadang ditempatkan di dalam semak-semak. Telur 2 sampai 5 butir berwarna putih.

Suara kicauan mungkin sedikit terdengar monoton, tapi lumayan enak dan mengalun merdu. Ada yang menganggap suara Cucak Kopi ini agak mirip dengan karakter kicauan burung Poksay. Bagi para penggemar burung kicauan, burung Cucak Kopi mungkin kurang menarik untuk dipelihara sebagai burung kontes atau burung master, tapi burung ini mungkin memiliki daya tarik tersendiri sebagai pelengkap koleksi burung peliharaan di rumah kita.

Gallery

Cucak Kopi

by photo ©John Kok

pic source: http://avibase.bsc-eoc.org


Jika Kacer Masuk Angin dan Pilek

Musim hujan tidak bisa dianggap remeh, karena suhu udara bisa tiba-tiba berubah menjadi dingin serta kadang disertai dengan angin kencang.

Seperti halnya pada manusia pengaruh cuaca dingin dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit, demikian juga pada burung kacer kesayangan kita. Secara kasat mata, biasanya burung akan terlihat diam dengan kondisi bulu agak mengembang, mata sayu dan kadang berair. Burung lebih banyak berdiam diri dan malas berkicau. Hal ini harus diperhatikan sebagai pertanda bahwa kemungkinan besar burung sedang masuk angin atau bisa saja terserang pilek.

Penyakit di musim hujan dengan gejalanya akan sangat berpengaruh pada performa burung. Gejala burung terkena masuk angin dan pilek dapat terlihat jelas apabila cenderung diam, bulu mengembang dan malas berkicau, dan nafsu makan berkurang dan semangat tempur menurun.
Hal seperti ini kadang bisa tidak kita perhatikan, sehingga penampilannya di lomba pun akan tidak semaksimal biasanya. Apabila dibiarkan terus menerus, maka akan menyebabkan mental burung ngedrop dan yang paling fatal dapat menyebabkan kematian.
Pada musim hujan, dan cuaca yang cenderung memburuk, sebaiknya burung tidak dibiarkan berlama-lama di luar rumah, karena apabila hal tersebut dilakukan, maka daya tahan tubuh burung akan merosot dengan drastis.
Yang perlu diperhatikan adalah suplai extra foodingnya harus disesuaikan dengan kebutuhan si burung, dan tubuh burung tetap terjaga kehangatannya, Burung tetap diberikan perlindungan dengan kerodong sangkar. Jangan lupa bersihkan sangkar agar tidak lembab, kotor dan berbau. Karena ada musim hujan segala bentuk bibit penyakit akan dengan mudah tumbuh berkembang di dalam sangkar.
Apabila semua ini dilakukan, tentunya kita tetap dapat menikmati kicauan kacer kesayangan kita dengan kondiisi tubuh sehat dan tetap dapat tampil dengan optimal.

Salam kicau.

Punglor Macan nan Mewah dan Gacor

Punglor Macan
(Zoothera dohertyi)

source: http://ibc.lynxeds.com
Punglor Macan (Chesnut-backed Thrush), adalah salah satu dari keluarga Punglor (Anis) yang ada di Indonesia, yang memiliki nama ilmiah Zoothera dohertyi, dari namanya masih satu genus dengan keluarga Punglor lainnya seperti Punglor Kembang (Zoothera interpres) dan Punglor Merah (Zoothera citrina). Sama seperti kerabat punglor lainnya, Punglor Macan juga pintar berkicau dan menyenandungkan kicauan yang lembut dan merdu.

Penyebaran Punglor Macan menurut beberapa referensi dikatakan tersebar di Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba dan Timor. Kadang Punglor Macan disebut juga sebagai Punglor Ampenan, dikarenakan pasokan burung Punglor Macan di pulau Jawa dan Sumatra banyak berasal dari daerah Ampenan.

Kemiripan postur tubuh Punglor Macan yang sekilas mirip dengan Punglor Kembang, sehingga banyak orang sedikit bingung membedakan antara Punglor Macan dengan Punglor Kembang. Perbedaan utama terlihat dari ukuran tubuh. Punglor Macan berukuran lebih besar dari Punglor Kembang. Pada bagian kepala Punglor Macan juga didominasi dengan warna hitam, sedangkan bagian kepala Punglor Kembang berwarna coklat. Karena kemiripan ini kadang-kadang para penjual burung menyebut Punglor Macan sebagai Punglor Kembang Ampenan.

Punglor Macan adalah monotypic species, yang berarti tidak memiliki varian (subspecies). Populasi Punglor Macan saat ini di beberapa wilayah seperti di Lombok mengalami penurunan drastis, akibat perburuan liar terhadap burung ini. Untungnya saat ini penangkaran terhadap burung ini semakin banyak ditekuni oleh para penggemar dan pecinta burung di Indonesia, sehingga kita tidak terlalu kuatir tentang masa depan burung ini.

Burung ini di habitatnya berada di hutan basah, terutama yang berada dekat sumber air. Kebiasaan hidup suka mengais-ngais tanah untuk mencari sumber makanan, seperti cacing, ulat tanah dan serangga-serangga kecil yang berada di tanah yang lembab. Selain itu beberapa jenis buah-buahan juga kadang disantap oleh burung ini.

Perawatan:
Apabila di pelihara dalam sangkar, Punglor Macan bisa menerima pakan buatan (voer), jangkrik ukuran sedang, kroto dan buah-buahan seperti pisang, apel dan pepaya. Tapi makanan favoritnya adalah cacing yang berukuran sedang dan kecil.
Mandi di pagi hari, sangat baik untuk memacu burung ini agar cepat dan rajin berbunyi. Pada awal pemeliharaan burung ini, sebaiknya ditempatkan di tempat yang tenang, seperti di samping dan belakang rumah. Biarkan burung terbiasa dengan suasana barunya, dan biasanya setelah burung beradaptasi dengan tempat barunya, akan mulai ngriwik (belajar mengeluarkan kicauan secara perlahan).
Menurut beberapa penggemar burung kicauan, bahwa burung Punglor Macan adalah burung yang kurang memiliki sifat tarung (fighter), sehingga kurang maksimal ketika digantang di kontes lomba burung. Tapi dengan perawatan rutin dan sabar, tentunya burung ini pasti bisa menjadi burung yang handal.


Video: Punglor Macan

Related
- singbird-collection.blogspot.com
- ibc.lynxeds.com

Siuh nan Cantik

Siuh
Di Jawa Barat, termasuk daerah yang banyak didapati jenis burung-burung kecil. Seperti Tledekan (Sulingan), Ciblek, Prenjak, Decu, Cingcoang dan berbagai jenis burung kecil lainnya. Termasuk salah satu burung kecil yang belum begitu populer seperti burung Siuh. Burung ini juga terdapat di China, Myanmar, Thailand, Brunei dan Malaysia. Di Indonesia burung ini

Bagi peminat burung kecil, mungkin sudah mengenal burung Siuh, yang di daerah Jawa Barat lumayan populer, dan lagunya "Manuk Siuh" juga ada dalam bahasa Sunda. Kurang diketahui apa sebutannya dalam bahasa Indonesia atau di daerah lain di luar Jawa Barat. Sekilas burung Siuh ini mungkin mirip dengan burung Ciblek atau burung Kacamata (Pleci).
Burung Siuh (Rhinomyias olivaceus) atau Fulvous-chested Jungle-flycatcher. Berhabitat di hutan dataran tinggi sampai dataran rendah lembab subtropis atau tropis.


Taxonomi
Family Muscicapidae
Genus Rhinomyias
Species Rhinomyias olivaceus (Hume, 1877)
Subspecies:
  • olivaceus (Hume, 1877) - Myanmar Selatan, Thailand Selatan, Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan Utara.
  • perolivaceus Chasen & Kloss, 1929 - pulau Balambangan dan pulau Banggi, Kalimantan Utara
Nama lain: Fulvous-chested Jungle-flycatcher, Siuh
Penyebaran: China, Thailand, Myanmar (Burma), Malaysia, Brunei, Indonesia.


Dalam keadaan baru dipelihara (bakalan), burung ini biasanya dalam 2 hari mau mengeluarkan suara kicauannya, walaupun awalnya hanya berupa siulan dan kadang mirip sempritan kecil.

Burung Siuh juga memiliki variasi kicauan yang terdengar bagus, kicauan yang lumayan keras dan termasuk jenis yang pintar berkicau, selain itu juga bisa menirukan suara-suara burung lain. Kemampuan berkicaunya yang lumayan bisa mencuri perhatian para penggemar burung untuk memeliharanya.

Burung Siuh selain memakan serangga kecil sebagai makanan utamanya, juga mau menyantap buah-buahan seperti pisang dan pepaya. Beberapa penduduk setempat di Jawa Barat kadang memberikan buah tomat sebagai pakan burung Siuh ini.
Sayangnya di Jawa Barat populasi burung ini semakin berkurang, karena gencarnya penangkapan terhadap burung Siuh yang mungil ini.

photo ©Oleg Chernyshov
(pic source: http://avibase.bsc-eoc.org)
(pic source: http://souththailandbirding.com)

Top Rank Post Bird

Bosh Smart Garden

  Taman Pintar Bosch Smart Grow Di Dalam Rumah Terobosan   Baru Dunia Pertanian Era 2023 "Menakjubkan dan tumbuh besar" – begitu...

Top Rank Popular Post