Showing posts with label Burung Kecil. Show all posts
Showing posts with label Burung Kecil. Show all posts

Sunday, December 6, 2015

Lovebird asli Indonesia (Tajaring)

Tajaring (Psittinus cyanurus)
Burung Tajaring ? Bagi penggemar burung yang berdomisi di luar pulau Kalimantan mungkin ada yang belum mengenal burung Tajaring, yang perawakan sangat mirip dengan Lovebird, dengan nama ilmiah Psittinus cyanurus, masuk dalam keluarga burung Paruh Bengkok, keluarga (family) Psittacidae.

Nama/ Sebutan:
Di Kalimantan burung ini dikenal dengan nama Tajaring, di Sumatra dan Malaysia burung ini dikenal dengan nama Nuri Tanau, Srindit Gajah dan Puling. Dalam bahasa Inggris diberinama sebagai Blue-rumped Parrot.

Penyebaran:
Burung ini ditemukan di pulau Kalimantan, Sumatra, Malaysia, Myanmar, Thailand dan pernah ditemukan di daratan Indochina.

Klasifikasi:
Ordo             :  Psittaciformes
Family          :  Psittacidae
Genus          :  Psittinus
Species        :  Psittinus cyanurus(J. R. Forster, 1795, Malacca)

Psittinus cyanurus terdiri dari 3 subspecies:
  1. Psittinus cyanurus cyanurus
    Psittinus cyanurus cyanurus
    , J. R. Forster, 1795, (Blue-rumped Parrot)
    Penyebaran: Indonesia (Kalimantan dan Sumatra), Myanmar Selatan, Thailand Selatan bagian Selatan terus ke Malaysia Barat, dan pernah ditemukan di daratan Indochina pada abad 19.
  2. Psittinus cyanurus abbotti, Richmond, 1902, (Simeulue Parrot)
    Penyebaran: pulau Simeulue dan pulau Siumat, di Sumatra, Indonesia.
  3. Psittinus cyanurus pontius, Oberholser, 1912
    Penyebaran: pulau Mentawai, di Sumatra, Indonesia.

Postur tubuh burung Tajaring (Psittinus cyanurus) berukuran sekitar 18 cm. Walaupun sekilas mirip dengan Lovebird tapi suara yang dikeluarkan berbeda. Kelebihan burung ini, bisa dimaster dengan suara apa saja, bahkan beberapa burung Tajaring bisa meniru suara "ngekek" nya Lovebird.

beda jantan (kanan) dan betina (kiri)
Di Indonesia, burung ini hidup di hutan hujan Kalimantan dan Sumatra, biasanya di tepi hutan, kebun kelapa sawit dan kelapa, hidup berkelompok dengan ciri khas suara melengking tinggi, kadang-kadang diiringi dengan suara tembakan khasnya. Karena bentuknya yang sekilas mirip dengan Lovebird, sering orang terkecoh dengan penampilan burung ini, tapi begitu mendengar suaranya yang melengking tinggi, barulah orang menyadari bahwa burung Tajaring memang beda dengan Lovebird. Burung Tajaring jantan memiliki paruh warna kemerahan, sedangkan betina berwarna hitam. Seperti keluarga Parrot kecil lainnya burung Tajaring ini juga memakan biji-bijian, buah-buahan manis, bunga dan nektar.

Di pulau Kalimantan, salah satunya di Kalimantan Tengah burung ini pernah diikutsertakan dalam kontes atau lomba burung pada kelas Campuran Lokal. Penampilannya di lomba juga tidak mengecewakan, karena di antara burung-burung lain yang sedang berkicau, burung Tajaring ini pun ikut mengeluarkan kicauan khasnya yang lumayan keras.


source:
- http://animal.memozee.com
- http://ibc.lynxeds.com
- id.wikipedia.org
http://avibase.bsc-eoc.org/species.jsp?avibaseid=AF6AF3CCB796CC34

Sirpu, Cipo yang Gacor

Si kecil mungil bersuara indah ini mulai terlupakan dalam dunia kicauan burung. Di kalangan penggemar burung kicauan sepertinya saat ini tidak begitu bergairah lagi untuk memelihara maupun mencetak burung mungil ini menjadi suatu burung yang layak untuk dipertandingkan. Padahal dari segi kecerdasan burung ini tidak kalah kemampuannya untuk bersaing dengan burung-burung kicauan lain yang saat ini digemari seperti murai batu, kacer maupun cucak hijau dan lain-lain.

Burung Sirpu ini memiliki nama ilmiah Aegithina tiphia, dan memiliki nama lokal yang lumayan banyak untuk setiap daerah yang memiliki burung ini. Mulai dari sirpu, sirtu, cipew, catow dan cipoh.

Sekilas burung memiliki tubuh menyerupai burung Decu, hanya dibedakan dengan warna yang berbeda yaitu berwarna kuning kehijauan.
Apabila kita melintas pinggiran hutan di wilayah indonesia ini, biasanya kita akan mendengarkan burung ini berkicau merdu dan sangat nyaring. Sehingga kerap kita menyangka bahwa burung yang sedang berbunyi itu berukuran cukup besar, ternyata begitu kita melihat burung ini di saat berkicau, barulah kita sadar bahwa burung ini ternyata berukuran kecil sekitar 10 cm.

Ketika saya berkunjung ke rumah teman saya di Semarang, saya melihat burung sirpu milik teman saya sedang berkicau sangat merdu, bahkan sebelumnya saya mengira yang sedang berbunyi saat itu adalah burung dari jenis cucak hijau atau kacer, tetapi saya terkejut ketika melihat ke samping rumahnya, ternyata seekor burung sirpu di dalam sangkar bulat sedang berkicau dengan variasi suara yang luarbiasa.

Harga burung ini di pasaran sepertinya tidak bisa melonjak tinggi mengikuti perkembangan harga dari burung-burung kicauan lain yang lebih populer.

Burung sirpu tersebar dari wilayah asia tenggara, sumatra, jawa dan kalimantan. Menyenangi hutan-hutan yang tidak terlalu lebat, dan biasanya bersarang di pinggiran hutan pada cabang-cabang pohon rendah.

Makanan yang disukai oleh burung ini adalah kroto, jangkrik berukuran kecil, belalang dan buah-buahan seperti pisang.
Pemberian pakan buatan seperti voer juga boleh diberikan kepada burung ini, hanya saja pemberian extra fooding seperti kroto harus setiap hari atau paling tidak sekali dua hari. Apabila kebutuhannya tersebut dipenuhi maka burung ini akan rajin berkicau dan berumur panjang.

sumber:
- Koleksi Burung Kicauan

Pleci-pleci Gacor

Pleci, si burung kecil yang saat ini sedang digandrungi para penggemar burung di tanah air. Si kecil yang suka berkicau, memiliki bentuk tubuh mungil, tapi memiliki suara yang luar biasa, konon beberapa bisa teler mirip dengan gaya burung Punglor Merah (Zootera citrina).

Klasifikasi:
  • Ordo: Passeriformes
  • Family: Zosteropidae
  • Genus: Zosterops 
  • Species:  (di dunia sekitar 75 species, di Indonesia sekitar 22 species)

Burung-burung jenis Pleci ini memiliki ciri dengan lingkaran di sekitar mata berwarna putih, dalam bahasa Inggris burung ini memiliki nama white-eye. Burung Pleci sebenarnya banyak memiliki anggota yang bersifat endemik di suatu pulau atau kepulauan, seperti jenis yang baru ditemukan tahun 2007 di kepulauan Togian, Sulawesi Tengah.

Burung Pleci atau burung Kacamata yang termasuk dalam genus Zosterops, terdiri dari 75 species, yang tersebar di daerah tropis, dan perkembangannya pun masih dalam level aman alias tidak terancam punah.

Daerah penyebaran burung Pleci mencakup wilayah tropis Afrika, Asia dan Australia bagian utara. Tubuh berkisar antara 8 - 15 cm, dengan ciri khas adanya cincin lingkaran pada mata, tapi untuk beberapa jenis tidak memiliki ciri khas ini. Zosterops sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti "sabuk mata".

Jenis-jenis burung kacamata:
Kacamata biasa,
Zosterops palpebrosus
(Oriental White-eye)
  • Kacamata biasa, Zosterops palpebrosus (Oriental White-eye)
    Burung ini merupakan penetap di hutan-hutan terbuka di kawasan Asia tropis, mulai dari India ke timur hingga Cina dan Indonesia.
    Panjang tubuh (dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 10–11 cm. Sisi atas tubuh tertutup bulu-bulu kehijauan atau hijau kekuningan (hijau zaitun), sedangkan sisi bawah bervariasi tergantung rasnya, kecuali leher dan dada berwarna kuning terang. Sayap membundar dengan kaki yang kuat.
    Beberapa ras yang terdapat di Indonesia dan cirinya.
    • Z.p. auriventer di Sumatra, Kalimantan dan Asia Tenggara.
    • Z.p. buxtoni di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa bagian barat. Mirip dengan Kacamata Gunung Zosterops montanus, sisi bawah tubuh berwarna abu-abu keputihan; perbedaannya buxtoni memiliki sebuah garis kuning membujur di tengah dada hingga perut, paha yang berwarna putih, dan iris mata kecoklatan (montanus, iris putih). Sangat mirip dengan kacamata belukar Zosterops everetti, yang perutnya lebih abu-abu dan pita kuning di dadanya lebih lebar.
    • Z.p. melanurus di Jawa dan Bali. Sisi bawah tubuh kuning seluruhnya. Sisi atas tubuh (termasuk tunggir) hijau zaitun, dengan bercak kuning di atas paruh. Mirip dengan Kacamata Laut Zosterops chloris yang bertubuh sedikit lebih besar dan memiliki kekang hitam gelap.
    • Z.p. unicus di Sumbawa dan Flores. Seperti melanurus, namun tunggirnya berwarna kuning.
  • Kacamata-kuning Afrika, Zosterops senegalensis
    • Kacamata Kamerun, Zosterops (senegalensis) stenocricotus
    • Kacamata Kirk, Zosterops (senegalensis) kirki
  • Kacamata Pemba, Zosterops vaughani
  • Kacamata sisi-berangan, Zosterops mayottensis
    • Kacamata sisi-berangan Seychelles, Zosterops (mayottensis) semiflava,
      punah (akhir abad-19)
  • Kacamata tepi-lebar, Zosterops poliogastrus - sebelumnya poliogaster
    • Kacamata Kulal, Zosterops (poliogastrus) kulalensis
    • Kacamata Taita, Zosterops (poliogastrus) silvanus
    • Kacamata Pare selatan, Zosterops (poliogastrus) winifredae
    • Kacamata Kikuyu, Zosterops (poliogastrus) kikuyuensis.
  • Kacamata dada-putih, Zosterops abyssinicus
  • Kacamata Tanjung Harapan, Zosterops pallidus
    • Kacamata Sungai Orange, Zosterops (pallidus) pallidus
  • Kacamata Madagascar, Zosterops maderaspatanus
  • Kacamata Komoro, Zosterops mouroniensis
  • Kacamata Sao Tome, Zosterops ficedulinus
  • Kacamata Annobon, Zosterops griseovirescens
  • Kacamata Mascarene, Zosterops borbonicus
    • Kacamata-kelabu Réunion, Zosterops (borbonicus) borbonicus
    • Kacamata-kelabu Mauritius, Zosterops (borbonicus) mauritianus
  • Kacamata Reunion, Zosterops olivaceus
  • Kacamata-zaitun Mauritius, Zosterops chloronothos
  • Kacamata Seychelles, Zosterops modestus
  • Kacamata Sri Lanka, Zosterops ceylonensis
  • Kacamata paha-berangan, Zosterops erythropleurus
  • Kacamata Jepang, Zosterops japonicus
  • Kacamata dataran-rendah, Zosterops meyeni
  • Kacamata Enggano, Zosterops salvadorii
  • Bridled White-eye, Zosterops conspicillatus,
    kemungkinan polifiletik atau parafiletik
    • Kacamata Guam, Zosterops (conspicillatus) conspicillatuspunah (1983)
  • Kacamata Rota, Zosterops rotensis,
    baru-baru ini dipisahkan dari Z. conspicillatus
  • Kacamata polos, Zosterops hypolais
  • Kacamata Kepulauan Caroline, Zosterops semperi
  • Kacamata topi-hitam, Zosterops atricapilla - sebelumnya atricapillus
  • Kacamata belukar, Zosterops everetti
  • Kacamata kekuningan, Zosterops nigrorum

  • Kacamata Gunung, Zosterops montanus
    Kacamata Gunung,
    Zosterops montanus
    Kacamata Gunung, tersebar di Indonesia dan Filipina dengan 9 subspesies.
    1. Z.m. difficilis (Robinson dan Kloss, 1918). Gunung Dempo, Sumatera
    2. Z.m. diuatae (Salomonsen, 1953). Filipina bagian selatan.
    3. Z.m. halconensis (Mearns, 1907). Pulau Mindoro, Filipina
    4. Z.m. montanus (Bonaparte, 1850). Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku Selatan
    5. Z.m. obstinatus (Hartert, 1900). Ternate, Bacan, dan Seram
    6. Z.m. parkersi (duPont, 1971). Gunung Palawan, Filipina bagian barat.
    7. Z.m. pectoralis (Mayr, 1945). Pulau Negros, Filipina.
    8. Z.m. vulcani (Hartert, 1903). Gunung Kitanglad dan Gunung Apo, Mindanao
    9. Z.m. whiteheadi (Hartert, 1903). Dataran tinggi Pulau Luzon, Filipina utara

  • Kacamata Pulau Christmas, Zosterops natalis

Kacamata Jawa,
Zosterops flavus
  • Kacamata Jawa, Zosterops flavus.  Biasa disebut dengan nama burung Kacamata saja. Ditemukan di Indonesia dan Malaysia. Habitat alami adalah hutan dataran rendah tropis atau subtropis, hutan mangrove tropis atau subtropis, dan semak belukar subtropis atau tropis. Saat ini burung Kacamata Jawa mulai terancam kehilangan habitat.
    Ukuran tubuh 10 cm, dan didominasi warna kuning. Tubuh bagian atas berwarna kuning zaitun, dan bagian bawah berwarna kuning biasa. Iris berwarna coklat, paruh dan kaki kehitaman. Mirip dengan burung Kacamata Laut, tapi Kacamata Jawa berukuran lebih kecil, warna lebih terang, dan tanpa bintik hitam pada kekang. Kicauan berupa desisan seperti nada kontak yang tinggi diantara anggota kelompok dan suara yang tajam.
    Tersebar di Jawa dan Kalimantan. Berhabitat di hutan mangrove, semak pantai, hutan pantai dan di pinggiran hutan. Mencari makan dalam kelompok besar. Makanan nektar bunga, serangga kecil, dan buah-buahan. Sarang berbentuk cawan. Telur 2 butir dengan warna kebiru-biruan. Perawatannya yang mudah dan suara lumayan bervariasi. Burung ini cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Sehingga sangat diminati para penggemar burung.

Kacamata Laut,
Zosterops chloris
  • Kacamata Laut, Zosterops chloris.  Endemik di Indonesia, yakni di selat Sunda hingga kepulauan Aru. Ukuran tubuh 11 cm, dan daerah perut warna kuning. Tubuh bagian atas kuning-zaitun, tubuh bagian bawah kuning-lemon-pucat. Iris coklat, paruh dan kaki kehitaman. Mirip dengan burung Kacamata Jawa, tapi tubuh lebih besar dan kekang yang berwarna hitam gelap.





  • Kacamata limau, Zosterops citrinella - sebelumnya citrinellus
  • Kacamata Kai, Zosterops grayi
  • Kacamata Tual, Zosterops uropygialis
  • Kacamata Sulawesi, Zosterops consobrinorum
  • Kacamata Makasar, Zosterops anomalus
  • Kacamata Wallacea, Zosterops wallacei
  • Kacamata dahi-hitam, Zosterops atrifrons

  • Kacamata Sangihe, Zosterops nehrkorni
    Kacamata Sangihe,
    Zosterops nehrkorni
    Burung endemik pulau Sangihe ini tergolong jenis burung langka di Indonesia. Keberadaan burung kacamata sangihe terancam punah yang oleh IUCN Redlist dan birdlife dimasukkan dalam status konservasi kritis (Critically Endangered). Status keterancaman tertinggi lantaran diperkirakan burung endemik Sangihe ini jumlahnya kurang dari 50 ekor burung dewasa. Berhabitat di kawasan hutan pegunungan dengan iklim subtropik atau tropis lembab. Terancam kehilangan habitat.
    Sempat dianggap sebagai bagian dari spesies Zosterops atrifrons (Kacamata dahi-hitam). Namun kemudian spesies kacamata dahi-hitam ini dibedakan menjadi tiga spesies yakni Zosterops atrifrons, Zosterops stalkeri (Kacamata Seram), dan Zosterops nehrkorni (Kacamata Sangihe).
    Ukuran tubuh 12 cm. Tubuh bagian atas berwarna hijau zaitun dengan tunggir warna kuning-hijau mencolok. Ekor berwarna hijau-hitam gelap. Dahi berwarna hitam. Lingkaran mata berwarna putih dam agak lebarlebar. Pipi, tenggorokan dan penutup ekor bawah berwarna kuning cerah. bagian bawah lainnya dari burung kacamata sangihe berwarna putih-mutiara dengan sisi tubuh abu-abu. Paruh dan kaki jingga pucat. Suara hampir mirip suara burung Kacamata dahi-hitam namun lebih tipis dan halus. Rentetan siulannya mempunyai nada yang lebih cepat. Habitat utama burung ini di daerah perbukitan dengan ketinggian antara 700-1000 meter dpl.
    Burung pleci ini terbatas dan endemik hanya bisa dijumpai di pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Bahkan di pulau Sangihe, burung ini hanya dapat dijumpai di kawasan Gunung Sahendaruman dan Sahengbalira dengan luas habitat hanya sekitar 8 km2.

  • Opior dwiwarna (Kacamata Seram), Zosterops stalkeri,
    kadang-kadang dimasukkan ke dalam genus Tephrozosterops
  • Kacamata Halmahera, Zosterops atriceps
  • Kacamata kecil, Zosterops minor
  • Kacamata Tagula, Zosterops meeki
  • Kacamata kepala-hitam, Zosterops hypoxanthus
  • Kacamata Biak, Zosterops mysorensis
  • Kacamata Arfak, Zosterops fuscicapilla – sebelumnya fuscicapillus
  • Kacamata Buru, Zosterops buruensis
  • Kacamata Ambon, Zosterops kuehni
  • Kacamata Papua, Zosterops novaeguineae
  • Kacamata-kuning Australia, Zosterops luteus
  • Kacamata pulau, Zosterops griseotinctus
  • Kacamata Rennell, Zosterops rennellianus
  • Kacamata belang, Zosterops vellalavella
  • Kacamata Ranongga, Zosterops splendidus
  • Kacamata Ghizo, Zosterops luteirostris
  • Kacamata Solomon, Zosterops kulambangrae
  • Kacamata Murphy, Zosterops murphyi
  • Kacamata tenggorokan-kuning, Zosterops metcalfii
  • Kacamata tenggorokan-kelabu, Zosterops rendovae
  • Kacamata Malaita, Zosterops stresemanni
  • Kacamata Santa Cruz, Zosterops santaecrucis
  • Silvereye, Zosterops lateralis
    • Lord Howe Silvereye, Zosterops (lateralis) tephropleurus,
      sebelumnya tephropleurus
  • Lord Howe White-eye, Zosterops strenuus,
    sebelumnya strenua; punah (lk. 1918)
  • Kacamata paruh-ramping, Zosterops tenuirostris
  • Kacamata leher-putih, Zosterops albogularis
  • Kacamata Lifou besar, Zosterops inornatus
  • Layard's White-eye, Zosterops explorator
  • Kacamata dahi-kuning, Zosterops flavifrons
  • Kacamata punggung-hijau, Zosterops xanthochroa,
    sebelumnya xanthochrous
  • Kacamata Lifou kecil, Zosterops minutus
  • Kacamata Samoa, Zosterops samoensis
  • Dusky White-eye, Zosterops finschii
  • Kacamata kecoklatan, Zosterops cinereus
  • Kacamata-zaitun Yap, Zosterops oleagineus,
    kadang-kadang ditempatkan dalam marga Rukia (R. oleaginea)

  • Kacamata Togian, Zosterops somadikartai, baru dideskripsi tahun 2008
    Kacamata Togian,
    Zosterops somadikartai
    Endemik di beberapa pulau bagian dari kepulauan Togian Sulawesi. Peneliti dari Universitas Indonesia, Mochamad Indrawan dan Sunarto pertama melihatnya di alam pada tahun 1997, dan nama jenis diambil dari nama Profesor Soekarja Somadikarta, seorang pakar burung Indonesia terkemuka. Burung ini tidak memiliki lingkaran putih di seputar mata. Meskipun belum dievaluasi oleh IUCN, diyakini jenis ini berstatus terancam. Burung ini sekilas mirip dengan burung kacamata dahi-hitam (Zosterops atrifrons) namun tanpa ‘kacamata’ (lingkaran) putih di sekeliling mata. Burung kacamata Togian memiliki ‘topi’ hitam yang tak seberapa besar, warna kuning di tenggorokan yang lebih nyata, pangkal paruh yang jelas berwarna pucat, dan selaput pelangi mata (iris) yang berwarna kemerahan. Kacamata Togian juga berbeda dengan Zosterops surdus dari Sulawesi tengah sebelah barat, terutama pada warna zaitun di punggungnya yang lebih pucat dan lebih terang, dan pada warna kuning di tenggorokan yang lebih nyata. Selanjutnya jenis ini berbeda dengan Zosterops subatrifrons dari Pulau Peleng dan Banggai pada tiadanya lingkaran-mata putih di seputar matanya, dada yang lebih abu-abu, dan topi hitam yang kurang lebar. Burung kacamata makasar (Zosterops anomalus) dari Sulawesi selatan juga tak memiliki lingkaran-mata putih, namun ia memiliki bintik-bintik putih kecil di seputar matanya. Pola dasar kicauan burung ini pun berbeda dengan spesies-spesies Zosterops lainnya, walau memiliki wilayah yang berdekatan.
    Habitat meliputi hutan bakau hingga ke vegetasi sekunder dan kebun-kebun kelapa, cengkeh, kakao, dan durian. Burung ini senang berkelompok, bergerak dalam gerombolan paling sedikit berdua atau bertiga. Burung ini tidak didapati di Pulau Togian dan Walea. Burung ini tergolong ke dalam kriteria status “Terancam kepunahan” menurut IUCN.

selengkapnya tentang Pleci lihat di sini: singbird collection

sumber:
  • wikipedia.org
  • singbird collection
  • hendryferdinan.wordpress.com
  • orientalbirdimages.org
  • dan beberapa lain

    Ciblek Gunung Gacor Dor


    Prinia atrogularis dysancrita
    (Ciblek-gunung Sumatra)


    Photographer: © Desi Ayu Triana

    Matur, West Sumatra Region, Sumatra

    4 Februari 2013
    Ciblek-gunung (Prinia atrogularis), berukuran tubuh hampir sedang, tapi masih dikategorikan sebagai burung kecil.
    Burung Ciblek-gunung (Prinia atrogularis) dari family Cisticolidae, ordo Passeriformes, sebelumnya dikenal sebagai Hill Prinia (Prinia Bukit), tapi terakhir diberinama baru dengan nama Black-throated Prinia (Prinia Tenggorokan-hitam), sedangkan di Indonesia lebih populer dengan nama Ciblek-gunung atau Ciblek- sumatra.

    Ciblek-gunung, selain hidup di Sumatra, juga tersebar di Asia Tenggara, Malaysia, Burma, China Selatan, Nepal hingga ke Himalaya, dengan habitat daerah padang rumput dan vegetasi hutan perbukitan dan pegunungan, menyenangi daerah semak-semak pada ketinggian 600 - 2500 m dpl. Di habitatnya burung Ciblek-gunung hidup berkelompok, walaupun sesekali terjadi keributan di antara mereka, hidup

    Ciblek-gunung, kadang disebut juga Prenjak-gunung. Memiliki ukuran tubuh sekitar 16 cm, berukuran lebih besar dari keluarga ciblek-prenjak lainnya. Tubuh didominasi dengan warna coklat. Memiliki ekor yang panjang melebihi ukuran panjang tubuhnya, pada bagian pipi berwarna abu-abu dengan alis warna putih. Pada bagian dada terlihat seperti bercak dan garis-garis, sedangkan pada bagian sisi tubuhnya berwarna kuningtua. Iris coklat buram, paruh bagian atas lebih gelap, paruh bawah berwarna lebih terang atau pucat, kaki warna merah-muda.

    Ciblek-gunung (Prinia atrogularis), memiliki 7 subspecies, yaitu:

    • Prinia atrogularis atrogularis (F. Moore, 1854) - Timur Himalaya dari sebelah timur Nepal Timur hingga China Selatan dan Timurlaut India (Arunachal Pradesh).
    • Prinia atrogularis khasiana (Godwin-Austen, 1876) - Timurlaut India (dari Timur Meghalaya dan daerah selatan Assam Timur ke Baratdaya Nagaland, Manipur dan Mizoram) dan Barat Myanmar (bukit Chin, gunung Victoria).
    • Prinia atrogularis superciliaris (Anderson, 1871) - Timur Myanmar, Selatan & Tenggara China (Barat Sichuan, dan Baratdaya Yunnan, Utara Guangxi dan sebelah utara Guangdong Timur ke Fujian Tengah), Timurlaut Thailand, Utara Laos dan Utara Vietnam (Barat & Timur Tonkin).
    • Prinia atrogularis erythropleura (Walden, 1875) - Timur Myanmar dan Baratlaut Thailand.
    • Prinia atrogularis klossi (Hachisuka, 1926) - Selatan Laos dan Vietnam Tengah (Tengah & Selatan Annam, Utara Cochinchina).
    • Prinia atrogularis waterstradti (E. J. O. Hartert, 1902) - gunung Tahan, Malaysia.
    • Prinia atrogularis dysancrita (Oberholser, 1912) - Indonesia (Barat Sumatra).

    Di Sumatra sendiri burung ini sebenarnya sudah lama dipelihara sebagai burung peliharaan, hanya saja kalah populer dari Ciblek-jawa, yang sudah lebih dahulu terjun di ajang lomba burung. Suara dasar Ciblek-gunung hampir tidak beda dengan Ciblek pada umumnya, tapi memiliki suara tembakan yang jauh lebih rapat dan panjang dibanding Ciblek-jawa, yang biasa disebut "ngebren".


    Gallery



    Prinia atrogularis superciliaris


    Photographer: © Ritesh Bagul
    Eaglenest Wildlife Sanctuary, Arunachal Pradesh, India
    1 May 2007




    source:
    - http://ibc.lynxeds.com
    http://orientalbirdimages.org

    Siuh nan Cantik

    Siuh
    Di Jawa Barat, termasuk daerah yang banyak didapati jenis burung-burung kecil. Seperti Tledekan (Sulingan), Ciblek, Prenjak, Decu, Cingcoang dan berbagai jenis burung kecil lainnya. Termasuk salah satu burung kecil yang belum begitu populer seperti burung Siuh. Burung ini juga terdapat di China, Myanmar, Thailand, Brunei dan Malaysia. Di Indonesia burung ini

    Bagi peminat burung kecil, mungkin sudah mengenal burung Siuh, yang di daerah Jawa Barat lumayan populer, dan lagunya "Manuk Siuh" juga ada dalam bahasa Sunda. Kurang diketahui apa sebutannya dalam bahasa Indonesia atau di daerah lain di luar Jawa Barat. Sekilas burung Siuh ini mungkin mirip dengan burung Ciblek atau burung Kacamata (Pleci).
    Burung Siuh (Rhinomyias olivaceus) atau Fulvous-chested Jungle-flycatcher. Berhabitat di hutan dataran tinggi sampai dataran rendah lembab subtropis atau tropis.


    Taxonomi
    Family Muscicapidae
    Genus Rhinomyias
    Species Rhinomyias olivaceus (Hume, 1877)
    Subspecies:
    • olivaceus (Hume, 1877) - Myanmar Selatan, Thailand Selatan, Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan Utara.
    • perolivaceus Chasen & Kloss, 1929 - pulau Balambangan dan pulau Banggi, Kalimantan Utara
    Nama lain: Fulvous-chested Jungle-flycatcher, Siuh
    Penyebaran: China, Thailand, Myanmar (Burma), Malaysia, Brunei, Indonesia.


    Dalam keadaan baru dipelihara (bakalan), burung ini biasanya dalam 2 hari mau mengeluarkan suara kicauannya, walaupun awalnya hanya berupa siulan dan kadang mirip sempritan kecil.

    Burung Siuh juga memiliki variasi kicauan yang terdengar bagus, kicauan yang lumayan keras dan termasuk jenis yang pintar berkicau, selain itu juga bisa menirukan suara-suara burung lain. Kemampuan berkicaunya yang lumayan bisa mencuri perhatian para penggemar burung untuk memeliharanya.

    Burung Siuh selain memakan serangga kecil sebagai makanan utamanya, juga mau menyantap buah-buahan seperti pisang dan pepaya. Beberapa penduduk setempat di Jawa Barat kadang memberikan buah tomat sebagai pakan burung Siuh ini.
    Sayangnya di Jawa Barat populasi burung ini semakin berkurang, karena gencarnya penangkapan terhadap burung Siuh yang mungil ini.

    photo ©Oleg Chernyshov
    (pic source: http://avibase.bsc-eoc.org)
    (pic source: http://souththailandbirding.com)

    Decu si Mungil yang Dahsyat

    Decu (Saxicola caprata) atau Pied Buschat, si burung kecil yang memiliki postur sekilas mirip Kacer. Burung ini pernah populer di Indonesia karena memiliki suara yang tidak kalah hebatnya dengan burung kecil lainnya seperti Tledekan, Kenari, Sirpu dan lain-lain.

    Burung Decu, berhabitat di padang terbuka, seperti padang rumput, persawahan, atau tepi hutan yang terbuka. Devu tersebar di Asia Barat dan Asia Tengah hingga ke Asia Selatan dan juga di Asia Tenggara.
    Decu memiliki karakter yang periang dan suka berkicau. Ukuran tubuh sekitar 13 cm, didominasi warna hitam dengan kombinasi putih pada sayap dan bagian bawah perut. Sedangkan betina berwarna coklat. Burung muda Decu berwarna coklat muda dengan pola bintik-bintik.

    Di habitatnya, burung Decu hidup dekat perkampungan di tempat terbuka. Suka bertengger di ranting kecil semak-semak dan memakan serangga kecil. Apabila sedang berkicau atau gelisah, burung ini sering menegakkan ekor. Sarang biasanya dibuat pada tanah yang miring, seperti tebing-tebing sawah. Terbuat dari potongan rumput berbentuk cawan cekung dilapisi dengan serat-serat akar halus. Telur sebanyak 2 sampai 4 butir, berwarna biru agak putih dengan bintik dan bercak merah jambu, ungu dan coklat.

    Keberadaan burung Decu saat ini diperkirakan hampir punah, terutama di pulau Jawa. Menurut informasi yang didapat bahwa burung Decu juga terdapat di pulau Sulawesi dan Kalimantan, tapi yang terdapat di pulau Kalimantan memiliki corak warna yang berbeda dengan Decu yang ada di pulau Jawa.

    Decu (Saxicola caprata) memiliki 16 sub species, yaitu:

    1. Saxicola caprata ssp rossorum
     (pic: Jhon A. Thompson; ibc)
    ssp rossorum (Hartert, 1910): Iran bagian timur-laut, Kazakhstan selatan bagian tengah, ke selatan sampai Afghanistan; saat musim dingin bermigrasi ke Asia bagian barat-daya (vagrant di Arab dan Israel).








    2. Saxicola caprata ssp bicolor
    (pic: Prabhakar Manjunath; ibc)
    ssp bicolor (Sykes, 1832): Iran bagian tenggara, Pakistan dan India bagian utara; saat musim dingin bermigrasi ke India bagian tengah.









    3. Saxicola caprata ssp burmanicus
    (pic: Alain Fossé; ibc)
    ssp burmanicus (Stuart Baker, 1922): India bagian tengah dan tenggara ke timur sampai Myanmar dan Cina bagian selatan (Sichuan selatan, Yunnan), ke selatan sampai Thailand dan Indochina.









    4. Saxicola caprata ssp nilgiriensis
    (pic: Vasanthan p.j.; ibc)
    ssp nilgiriensis (Whistler, 1940): India bagian barat-daya.










    5. Saxicola caprata ssp atratus
    (pic: Eldert Groenewoud; ibc)
    ssp atratus (Blyth, 1851): Sri Lanka.












    6. Saxicola caprata ssp caprata
    (pic: Devkinandan; ibc)
    ssp caprata (Linnaeus, 1766): Filipina Utara (Luzon dan Mindoro) dan Indonesia (Sulawesi dan Jawa).









    7. Saxicola caprata ssp randi
    ssp randi (Parkes, 1960): Filipina bagian tengah (Panay, Negros, Cebu, Bohol, Siquijor).

    8. Saxicola caprata ssp anderseni
    (pic: Daniel Jimenez; ibc)
    ssp anderseni (Salomonsen, 1953): Leyte dan Mindanao, di Filipina bagian timur dan selatan.










    9. Saxicola caprata ssp fruticola
    (pic: Josep del Hoyo; ibc)
    ssp fruticola (Horsfield, 1821): Jawa ke timur sampai Flores dan Alor.












    10. Saxicola caprata ssp francki
    ssp francki (Rensch, 1931): P. Sumba.

    11. Saxicola caprata ssp pyrrhonotus
    ssp pyrrhonotus (Vieillot, 1818): Sunda kecil bagian timur (Wetar, Kisar, Timor, Savu, Roti).

    12. Saxicola caprata ssp albonotatus
    ssp albonotatus (Stresemann, 1912): Sulawesi (kecuali semenanjung utara) dan P.Salayer.

    13. Saxicola caprata ssp cognatus
    (pic: Josep del Hoyo; ibc)
    ssp cognatus (Mayr, 1944): P. Babar.







     


    14. Saxicola caprata ssp belensis
    ssp belensis (Rand, 1940): Pulau Papua barat bagian tengah.

    15. Saxicola caprata ssp aethiops
    ssp aethiops (P. L. Sclater, 1880): Pulau Papua bagian utara dan Kep.Bismarck.

    16. Saxicola caprata ssp wahgiensis
    ssp wahgiensis (Mayr & Gilliard, 1951): Pulau Papua timur bagian tengah dan timur.



    sumber:
    • wikipedia
    • ibc
    • singbird-collection

    Top Rank Post Bird

    Bosh Smart Garden

      Taman Pintar Bosch Smart Grow Di Dalam Rumah Terobosan   Baru Dunia Pertanian Era 2023 "Menakjubkan dan tumbuh besar" – begitu...

    Top Rank Popular Post